I’m gonna swing from the chandelier, from the chandelier
I’m gonna live like tomorrow doesn’t exist
Like it doesn’t exist
I’m gonna fly like a bird through the night, feel my tears as they dry
I’m gonna swing from the chandelier, from the chandelier
Ah suara musik itu lagi, entah darimana. Aku suka saat kata liernya, walau aku tak tahu apa yang dimaksudkan. Tapi musik ini membuatku kembali ingin bergerak. Menari dan menari. Dari satu sudut ke sudut lain. Bergerak bebas. Sebebas angin lepas.
Berputar, berputar, melompat, melompat.
Ah… itu di sana. Aku pun segera berlari ke sudut rumah, dimana foto keluarga bahagia terpasang di sana. Ayah, Ibu, Kakak dan Adik. Bahagia. Senyum merekah.
Aku berputar lagi. Aku pun melihat di sudut seberang sana, sebuah meja.
Pasti banyak makanan di sana. Aku pun berlari ke sana. Harum. Semakin kudekati aroma itu. yup… makanan lezat. Aku pun menjilati makanan coklat keemasan yang tak tertutup itu. Manis, enak. Ah, makan besar aku hari ini.
Sekilas aku melihat sebuah sinar melewati diriku. Segera aku membalikkan tubuhku.
Mereka datang. Ya… mereka datang. Pasti akan semakin banyak makanan. Aku pun menanti dan memantau. Kulihat beberapa kantung mereka bawa masuk. Aku pun semakin senang. Aku berlari lagi dan memutar-mutar tubuhku. Kulihat segelas minuman berwarna kuning. Pasti nikmat.
Aku pun menyesapnya. Memang segar. Dan aku kembali berputar dan menari. Hingga aku kembali di makanan coklat keemasan itu lagi. Kembali aku menjilatinya. Menikmati detik demi detik hidupku.
***
“Mama!!! Itu!!” seorang gadis remaja menunjuk pinggan berisikan ayam goreng mentega yang dibuat mamanya tadi sebelum ke supermarket.
Tak lama terlihat seorang ibu berbadan agak bulat membawa raket plastik dan mengarahkannya ke pinggan itu. Seekor kecoa terkapar di atas ayam buatannya yang tak mungkin lagi dimakan.
Jumlah kata: 286 kata.
Tulisan ini untuk Prompt#72: Chandelier