“I love you” ucap Mike. Entah kenapa kata-kata itu meluncur dari mulut Mike. Padahal, belum lama dia bertemu dan berkenalan dengannya. Tapi dia tak dapat membohongi rasa yang ada di hatinya itu.
“Kenapa kau ucapkan itu? Kata-kata itu bukanlah mainan.” Sosok di hadapannya tampak tak senang mendengarnya.
“Kenapa kau tanyakan. Tentunya apa yang kukatakan adalah yang kurasakan.” Jawab Mike dengan agak pelan. “Aku tahu, pertemuan kita ini tergolong singkat dan masih banyak yang perlu kita ketahui satu sama lain. Tapi….”
“Tapi apa?” Potong sosok di hadapannya. “Tapi kau tak sabar mengungkapkan rasamu? Begitu?”
Nada bicara lawannya meninggi dan Mike dapat merasakan ketidaknyamanannya karena perkataannya tadi. Mike merasa serba salah.
“Kamu yakin kalau yang kamu rasa itu cinta? Atau hanya sekedar nafsu memiliki?” Lanjut sosok itu. “Tak tahukah kamu bedanya antara cinta dan nafsu itu hanya seperti membalikkan telapak tangan.”
Mike hanya bisa diam dan menundukkan kepalanya. Dia tahu apa yang dikatakannya itu benar. Dan dia tak dapat menjawab apapun kepada sosok di hadapannya itu.
“Kalau cinta, apa kamu rela mati untukku? Apa kamu akan lakukan apapun yang kupinta?” Tantang sosok itu.
“I…iya…” Jawab Mike dengan sedikit ragu.
“Hahahahahaha… Baru seperti itu saja kamu sudah ragu….. Bullsh*t then if you said that you love me.” Ledek sosok di depannya dengan angkuh.
Mike tertunduk mengumpulkan keberaniannya sebelum menjawab, “Aku berani. Apa yang kau pinta akan kulakukan.”
“Baiklah jika memang demikian. Buktikan. Aku ingin kau bunuh dirimu sekarang untukku.”
“Tapi kenapa aku harus membunuh diriku?” Tanya Mike.
“Jika kau cinta aku, kau tak perlu tanyakan dan hanya lakukan. Cinta itu butuh aksi, bukan kata-kata. Aku ingin kau mati, ya kau harus mati.” Teriak sosok di hadapannya. “Ini.. Pisau. Bunuh.”
Mike menerima pisau itu dan memandanginya. Lama dia menatapi pisau itu. Benarkah cinta seperti ini? Tapi dia ingin membuktikan pada sosok itu bahwa dia memang cinta dan rela lakukan apa saja untuknya demi cinta.
Dia ingin membuktikannya. Bahwa dia rela lakukan semua. Termasuk kematian takkan menghentikannya. Bingung…. Antara takut dan juga ingin.
Mike memegang pisau di tangannya. Menimang-nimangnya dalam tangan dan juga pikirannya. Jika memang harus dilakukan….
“Pikir apa lagi? Buktikan kalau kau memang cinta padaku.”
Mike menggenggam pisau itu dan mulai mengarahkannya ke dadanya. Sedikit demi sedikit menghampiri jantung kehidupannya. Dan sedikit demi sedikit, saat itu, ketakutan dalam dirinya mulai hilang dan berganti dengan keberanian. “Semua karena aku mencintaimu.”
“Good… Do it… Do it now! Show me that you love me.”
Mike pun menekan perlahan mata pisau yang telah di depan jantungnya. Merah mulai membasahi kulitnya yang coklat tanpa sehelai kain sedikitpun itu. Perlahan merah mewarnai kulitnya dan mewarnai lantai di bawahnya.
Mike mulai merasakan perih. Panas di dadanya saat pisau itu membelah jantungnya. Perlahan… Matanya mulai kabur. Tak dapat dia lihat lagi sosok di hadapannya. Hitam… Hanya hitam….
Jadi.. Inilah cinta.. Merah dan hitam. Merah karena benci dan hitam karena pengorbanan. Sosok di hadapannya kini tak lagi bersuara. Dia yakin, sosok itu kini paham cintanya kepada sosok itu. Sosok dalam cermin yang indah dan tampan, yang turut menghilang bersama bukti cintanya itu.
***
Words: 500
Merupakan remake dari tulisan fiksi saya sebelumnya di sini, khusus untuk Prompt #21: Cinta Mati, Monday Flash Fiction