Semilir angin kembali hadir, sama seperti setahun lalu, bersama dengan hangatnya mentari senja di ufuk barat sana. Seorang wanita bercelana jeans dan atasan sweater tipis berwarna jingga mendekat. Dia memelukku – melepaskan rindunya.
“Setahun sudah…” bisiknya padaku. Dia kemudian duduk di sampingku dan mulai bercerita tentang kegiatannya selama setahun belakangan.
Dia terus berkisah tentang pekerjaannya sebagai seorang pemandu wisata yang telah berkeliling Indonesia dengan segala pesonanya. Mulai dari Bali, Bunaken, hingga Raja Ampat yang tentunya membuatku iri. Sesekali dia melirik jam tangan perak di tangannya.
Dapat kurasakan gelisah mulai menggerogoti dirinya secara perlahan. Senja mulai menghilang di ufuk barat. Dan dari kejauhan aku dapat melihat bulan sudah siap menggantikan dengan sinarnya. Wanita bernama Christie itu pun akhirnya berdiri. Memelukku erat.
“Sepertinya semua hanya mimpi, dia takkan datang hari ini.” Wanita itu pun melangkah meninggalkanku sendiri.
Ah… jika saja wanita itu tahu bahwa dia telah datang. Tapi kemarin, bukan hari ini. Pria yang telah membuat janji bersamanya di bawah rindangnya tanganku ini. Pria yang kini harus menggunakan penyangga. Michael. Ya… nama pria itu Michael dan dia juga berkisah padaku kemarin tentang kegiatannya selama setahun terakhir.
Bagaimana dia berusaha mengumpulkan uang agar segera dapat meminang wanita itu, hingga akhirnya kecelakaan yang mengambil kaki kirinya itu terjadi. Tepat di saat dia berhasil mendapatkan sebuah cincin emas berukir nama wanita itu.
Tapi… bagaimana aku dapat menghentikan langkah wanita itu. Ataupun menunjukkan padanya sebuah cincin berukir namanya yang telah dikubur di bawah kakiku ini.
Total kata: 238 (tidak termasuk judul)
Dah lama gak nulis fiksi bingung juga jadinya….
Tulisan diikutsertakan untuk Prompt #35