Tik tok tik tok …. Tulisan yang biasa digunakan untuk menyuarakan jam dalam bentuk kata, bahkan digunakan secara internasional. Aku sendiri jarang sekali menggunakannya. Baru kali ini aku menggunakannya dan masih merasa kurang sreg.
Tapi aku masih belum menemukan kata-kata yang dapat menggambarkannya. Walau sekarang terdengar jelas di telingaku detik demi detik berlalu. Sungguh, kalau kata orang-orang, menunggu itu melelahkan, bagiku, menunggu itu menyebalkan! Sangad!
Ya. Menyebalkan. Membuat mood yang tadinya baik-baik saja bisa berubah 180 derajat jadi sangat buruk. Dan itu yang sedang kualami. Menunggu.
Sudah 5 menit aku di sini, menanti seseorang yang katanya membawa berita penting bagiku. Entah apa yang dianggapnya berita penting itu hingga tak dapat dikatakan via telepon tadi.
Handphoneku kembali bergetar dan kulihat sebuah tanda sms masuk. Kubuka sms itu dan ternyata dari orang ‘penting’ itu.
‘Maaf. Terjebak macet. Tapi sudah dekat. 5 menit lagi aku sampai.’ Tulisnya di sms itu. Arrrrgh. Seperti mau meledak kepalaku saat selesai membaca sms itu. 5 menit lagi???? Aku pun tak membalas smsnya.
Segera setelah kuletakkan handphoneku, aku menyeruput segelas es kopyor durian yang sudah kupesan tadi. Manis. Terlalu manis. Dan duriannya tidak berasa. Arrrrgh. Semakin kesal rasanya aku.
Rasanya seluruh dunia saat ini sedang bersekongkol untuk mengerjai aku. Kesal. Benar-benar kesal. Aku pun mengambil majalah di meja dan mulai membolak-baliknya untuk yang entah sudah ke berapa kalinya aku membolak-baliknya.
Tiba-tiba…
‘Kak, kakak bernama Ayu Diah Kusumawardani?’ Tanya seorang anak kecil di sampingku, yang tidak kuketahui darimana datangnya.
Aku menganggukkan kepalaku. Segera setelah melihat aku menganggukkan kepala, anak itu memberikan setangkai mawar putih kepadaku. Disusul oleh anak-anak lainnya yang tidak aku ketahui darimana asalnya. Barisan anak itu sepertinya tak pernah berhenti memberikan bunga, sampai kemudian yang aku lihat adalah sebuah kotak berwarna merah dengan bentuk hati disodorkan ke wajahku.
Saat itu aku sedang menunduk mengagumi mawar putih yang memang menjadi kesukaanku. Melihat mawar itu, entah kenapa semua kekesalanku menghilang. Aku langsung mengangkat wajahku dan di sana kulihat wajahnya. Orang yang tadi sms ke aku.
Dia tersenyum sambil tetap mengulurkan kotak merah itu.
‘Terima dan buka.’ Ujarnya. Aku pun menerima kotak itu dan membukanya. Sepasang cincin emas polos tanpa hiasan di atasnya tapi dengan ukiran di dalamnya AD & DA. Orang itu berlutut di hadapanku dan mengulurkan tangannya mengambil sebuah cincin yang berukuran lebih kecil.
‘Ayu Diah Kusumawardani, maukah kau menikah denganku?’ Tanyanya sambil mengarahkan cincin itu ke jari manisku.
Aku menganggukkan kepalaku. Dan orang itu, Dimas Ardianto mengarahkan cincin itu ke jari manis kananku saat kudengar suara alarm layaknya alarm kebakaran berbunyi dengan nyaring. Dan aku pun terbangun dari mimpiku. ‘Siaaaaaalllll!’
Ryan
041111 1347
ahahahaha….
udah serius bgt bacanya.. ternyata cmn mimpi!! siaaallll…. 😀
hahahaha… gak ngegubrak kan bunda???
bunda baca komenku barusan dong. hehehe
Siaaaaaalllll !! 😆
sial kenapa?
Well, of course I can’t read this; but you’ve been by both my blogs, Ryan, and I just want to say thank you!
Many blessings,
Jamie
thank you…
GBU Jamie.
oooo…. “cumi” tho? ooo…
cumi? cuma miscall?
Ini memang jenis mimpi yang menjengkelkan 😛
hehehehe…
ada yang dibanting2kah mas?
Bekernya yang dibanting 😀
duh. kan alarmnya pake di hape. hapenya dong yg dibanting. sayang atuh.